Up In the Air

bandara 2

Saya nggak pernah bosan nonton film ini di DVD, I don’t know why, dan sekarang penasaran sama bukunya. Film bergenre drama ini sudah tergolong film jadul memang, dulu waktu masih tayang di bioskop malah saya abaikan begitu saja. Tunangan dari Amal Alamuddin-bagi yang mengikuti gossip sudah tahu dong- yup the charismatic old man Mr. George Clooney berperan sebagai Ryan Bingham. Berharap deh suami saya kalau tua tetep bisa berkarisma semacam dia, back to focus, I’m about to review Up In The Air.

“ I saw a guy who work at a company for their entire life. They clock in, clock pout and they never have a moment of happiness. You have an opportunity here, it’s a rebirth”

Yah, itulah cara Ryan dalam menyampaikan pemecatan seseorang, terdengar begitu manis bukan. Bukan hal baru pasti kalau di seminar atau acara motivasi terkait pekerjaan, pasti kita diberondong dengan pertanyaan “ is your work your passion ? “ what are you working for ? money, prestige, family ?” Line yang diberikan Ryan di film ini cukup menohok, tapi itulah profesinya memecat orang di berbagai perusahaan kemudian menawarkan future plan package.
Ryan begitu menikmati profesinya, dimana ia akan menghabiskan dua pertiga bagian dalam setahun untuk berkeliling. Hanya menghabiskan kurang dari 60 hari di rumahnya, bisa ditebak kan bahwa dia single, tanpa istri, tanpa kekasih, no relationship. Momen titik balik dalam hidup Ryan hadir ketika Natalie – seorang fresh graduate- mengajukan ke perusahaan tempatnya bekerja untuk memecat orang melalui komputer. Dengan begitu tidak ada lagi perjalanan keliling dunia, menginap di hotel berbintang, makan di restaurant mahal. Penghematan bagi perusahaan sekaligus beradaptasi dengan teknologi terkini.
Ryan tentu saja tidak terima dengan system baru ini, mengurangi kesempatan dia untuk bisa travelling gratis, dan kesenangan dia selama ini berada jauh dari rumah. Lagipula ia menargetkan memperoleh American Airline platinum member, dengan medempuh perjalanan sejumlah 1,000,000 km. Wah kira-kira berapa kali Surabaya-Jogja ya itu,hahaha. Atasannya akhirnya menugaskan Ryan dan Natalie, melakukan perjalanan dinas bersama, untuk membuktikan teori bahwa pemecatan seseorang memang lebih baik dilakukan secara face to face daripada lewat komputer.
Merasa lebih superior, senior, lebih lama bekerja, lebih tahu medan dan lebih segalanya dalam diri Ryan membuatnya yakin bahwa metode Natalie tidak akan berhasil. Natalie dengan jiwa ‘fresh graduate’ masih bersemangat bahwa dengan perantara komputer dan kamera – semacam kalau kita video call- prosesi pemecatan akan lebih mudah. Perselisihan antara Ryan dan Natalie tidak berakhir di bidang pekerjaan, tapi juga dalam hal asmara, Natalie yang pindah ke kota kecil,Omaha, demi bisa dekat dengan kekasihnya takbisa memahami cara berpikir Ryan.

Natalie : You don’t want to be marry ?
Ryan : No
Natalie : How about having kids
Ryan : Not a chance, is that so bizarre?
Natalie : Yes
Ryan : Then try to sell marriage to me
Natalie : How about love ? Somebody you talk to ? Someone you can trust ?
Ryan : I am surrounded by peoples that I can talk to
Natalie : How about not die alone ?
Ryan : Make no mistake, we all die alone

Natalie tidak paham juga dengan konsep hubungan casual yang terjadi antara Ryan dan Alex, dimana keduanya tidak saling berkomitmen. Hubungan mereka, berawal saat Alex tidak sengaja berjumpa dengan Ryan di sebuah airport lounge , mereka ternyata sama-sama sering dinas keluar. Well yes, they kiss each other, the make out many times, tapi seperti yang mereka setujui ini hanyalah hubungan casual. Tidak ada cinta, tidak ada ikatan. Natalie tidak paham, mengapa Alex setuju dengan hubungan semacam itu, karena dia perempuan dan seorang perempuan seharusnya tidak lagi ‘bermain’ di usianya.

Sometimes it feels like no matter how much success I have, it’s not gonna matter until I have met the right guy – Natalie
You know, honestly by the time you are 34 all the physical requirement will be fall out of the window – Alex
Natalie : How does it not even cross your mind that you want a future with someone ?
Ryan : It’s simple, you know the moment when you looking into somebody eyes. And feels like they staring at your soul and the world goes quiet?
Natalie : Yes
Ryan : Well, I never have that moment

Film ini menurut saya seperti All in 1 package , perdebatan tentang cinta, pekerjaan dan hubungan social antar manusia semua dibahas. Sutradara berhasil menjabarkan definisi any kind of relationship dalam kehidupan, benarkah Ryan se-solid itu ? Tidak pernah merasakan cinta, menikmati setiap hubungan tanpa perasaan ? Bagaimana akhir hubungannya dengan Alex ? Berhasilkah metode Natalie, melakukan pemecatan semudah melakukan video talk ? watch the movie, and you’ll never regret 

Tinggalkan komentar