2 in 1

Friday, 31 January is a special day, no bukan hanya karena hari libur Imlek which cause I only have 4 days work *which I’m glad* . Spesial karena saya semakin memahami, mengapa ibu punya semangat juang yang begitu besar sampai dengan detik terakhirnya. Seperti api yang selalu berkobar meski sudah kayu yang dibakar hanya tersisa serpihan saja. Well , inis emua bermula ketika saya diundang oleh sahabat sejak SMA untuk ke rumah dia, BIG say for her, hari pertunangannya.

Senang sekali rasanya, melihat dia akhirnya bertunangan, saya jadi ingat semua kekonyolan sewaktu Sma yang pernah kami lakukan bersama. Naksir kakak senior dan selalu berusaha jalan muter Cuma demi ngelewati koridor si kakak kelas dan liat dia lagi ngapain. Main basket bareng, rutin latihan tiap weekend meskipun kita selalu duduk di bangku cadangan *upss*. Ngecat rambut bareng, yang berakhir dengan saya merubah rambut dia menjadi pirang dan kering *sorry about that*.

So, saya datang duluan jam 4 sore dan bantuin sedikit di belakang layar. Menyaksikan dengan sabar waktu dia dimake-up, sibuk motoin waktu dia udah all-set. Saya bsia merasakan betapa sumringah-nya dia, dia cerita gimana keluarga calon pasangannya. Dia cerita gimana putih dan imutnya ponakan pasangan dia. moment paling mebuat saya mau menangis adalah waktu semua nggota keluarga sudah berkumpul dan keluarga dari pasangan datang membawa hantaran. Pas saya duduknya di pinggir pintu pula. Pas 3 teman sahabat saya yanglain dateng bawa pasangan semua, I hate my other BFF Ms. Widia yang memilih sakit di hari itu dan gabisa jadi partner saya *she’s single and the only daughter too, my clone I think* hahaha,

Saya bisa merasakan betapa bahagianya semua yang terlibat, lihat pernak-pernik yang dihantarkan. High heels, baju, perlengkapan kosmetik, perlengkapan mandi,anything it’s just beautiful. Ketika semua anggota keluarga sahabat saya mulai dari nenek,om, tante dan pasti orang tuanya mulai sibuk menerima hantaran itu, sambil menyalami satu persatu keluarga sari pihak pria.  Saya jadi rindu, bukan iri, saya rindu nenek saya, bude saya, ibu saya terlebih. Saya membayangkan jika itu adalah rumah saya dan betapa ibu saya akan sumringah sama seperti waktu saya wisuda. Rasanya senyum tidak bisa lepas dari bibir ibu kala itu, pilihannya untuk menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi, semua kerja keras itu terbayar ketika melihat saya diwisuda.

Saya membayangkan ibu sayalah yang kala itu duduk di ruang tamu dan menanti siapa yang akan melangkah kedalam ruang tamu rumah saya yang sederhana. Ketika acara dimulai keluarlah kata-kata cliche ‘ Ya, sebenarnya pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua anak yaitu mbak R dan Mas R, tapi juga dua keluarga’. Ya memang, bukan cuma dua orang yang terlibat, ada banyak kepala dalam satu keluarga. Dan lebih banyak lagi kepala dalam dua keluarga, yang sebelumnya tidak ada ikatan apa-apa dan kini mau menjalin ikatan itu. Bagaimana jika keluarga itu tidak sempurna, meskipun pasanganmu sempurna. Misalnya dia dibesarkan oleh orangtua tunggal, tidak ada ayah mertua yang akan bisa kamu ajak bermain catur ? Atau tidak ada ibu mertua yang akan membantu mengurus anakmu nanti ? Atau bagaimana jika, orangtuanya berbeda agama, ketika kamu adalah anak pendeta atau Kiai, apa kata para jemaat/jama’ah nanti ?

 Gambar

 

You want someone who cares about who you are, not what you are.And even if you have to wait for that, it’s going to be worth it. All you have to do is look around.”

Semakin paham, kenapa ibu mau menjalani terapi, diinfus berkali-kali bahkan masuk ruang operasi yang awalnya dia sangat takut. Mungkin ia masih takut, hanya ia menyembunyikannya, demi harapan hidup, demi sehari, seminggu, setahun atau entah berapa lama waktu yang ia peroleh. Demi ia ingin tahu siapa yang akhirnya datang ke rumah membawa keluarganya, meminta saya dan duduk berjam-jam diatas stage waktu menikah nanti. I am so sorry mom, I have not had chance to give you this one happiness. But, I believe you still watch me, from up there right? Someday when this moment come, even there won’t be you the one waiting at the living room, I hope you can still smiling from up there.

Generasi Narsis – Part 2

            “Never before in history, have people been able to grow up and reach age 23 so dominated by peers. To develop intelectually you’ve got to relate to older people, older things. 17 year olds never grow up if they’re just hanging around the other 17 years old”

Para millenials berinteraksi tiap hari, tapi hampir keseluruhan interaksinya dimediasi oleh layar smart phone atau tablet. Lihatlah mereka di keramaian, mengantri tiket bioskop, menunggu antrian rumah sakit atau makan di restauran, di sebelahnya da temannya, tapi mereka akan sibuk memandangi layar. Terlihat tenang dan santai, tapi sebenarnya serius, berpikir akan membalas BBM, browsing around the Twitter and many more with just a gadget on their hand !! Mereka mungkin di sampingmu tapi pikirannya bisa dimana saja.

Sempat nonton acara gosip di televisi ? atau berita di Yahoo! ? Berapa kali sudah berita yang Cuma menampilkan foto – foto dari para akun Instagram selebritis ? Kita hanya melihat betapa gembiranya liburan mereka di luar negri atau betapa imutnya artis dengan anak mereka, lengkap dengan toko online dimana kamu bisa beli baju persis seprti di foto anak itu. Endorse istilahnya, cara marketing baru dimana jika kamu punya online shop, kamu bisa kontak saja artis atau siapapun itu yang punya banyak follower untuk mau mengenakan produkmu. Setelahnya mereka akan berfoto dengan baju / sepatu / whatever dari tokomu, mengupload online mencantumkan nama tokomu. Abracadabra, para follower artis bisa jadi akan ingin beli barang yang sama seprti yang dikenakan si artis dari tokomu.

Gambar

Endorsement, sesungguhnya bukan sebuah trend pemasaran yang baru, tapi menjadi semakin populer dengan adanya generasi narsis. Tidak perlu mengontak acara televisi tertentu supaya bajumu bisa dikenakan para pemain sinetron dan logo perusahaan tampil di credit title. Cara yang baru ini lebih praktis dan cepat tentunya, pakai – upload – mention – tadaa banjir pesanan.

Hal yang dipahami oleh generasi narsis adalah, bagaimana menjadikan diri mereka menjadi ‘brand” dengan melalui berapa jumlah dan siapa para ‘friend’ atau ‘follower’ kalau follower IG kamu dibawah 100 ya ngapain juga mengendorse kamu? Tapi jika followermu diatas 1000 dijamin akan banyak brand mention ke kamu dan mau menyediakan wardrobe gratis untuk kamu pakai foto-foto.

Ketika semua temanmu berbagi soal liburannya, parties dan peromosi tentang semua yang dia punya. Maka kamu juga akan mencoba untuk mengimbangi dengan menunjukkan seberapa berkualitasnya kehidupan yang kamu miliki. Jika kamu melakukan ‘pameran’ ini dengan baik di facebook, twitter, path dkk maka selamat You become a microcelebrity bukankah itu yang selama ini kita inginkan ?

Individu di generasi sebelumnya baru bisa menjabarkan kepribadiannya ketika sudah berusia 30 tahun, namun kini anak usia 14 taun saja sudah pintar menuliskan bio di Twitter, IG atau facebook. Perilaku para generasi narsis ini, identik dengan bagaimana anak orang kaya selama ini bersikap. Bisa jadi ini karena, era internet memberikan keleluasaan terhadap apa yang sebelumnya hanya bisa diakses mereka yang punya banyak uang, kini bisa dinikmati oleh semuanya.

Tidak hanya narsis dalam sosial media, cara anak – anak di generasi ini dalam hal bekerja pun juga berubah. Salah satu penelitian, menunjukkan bahwa para individu yang lahir di era 80 sampai 2000an lebih berani. Mereka kurang akrab dengan kata autoritas atau kakunya struktur organisasi, salah satu petinggi perusahaan (CEO) menerima e-mail dari seorang anak muda yang meminta waktu untuk bertemu dengannya dan ia pun menyetujuinya. That simple,tanpa perlu menelepon, tersambung dengan operator, tersambung dengan sekretaris, mengirim proposal, konfirmasi, cek jadwal, mengatur waktu, it’s just too long !

Jangan kaget jika anak generasi millenia bisa mengirim email atau bicara langsung ke CEO dengan tanpa melewati tahap para middle management. Ketidakakraban mereka dengan struktur organisasi yang kaku, membuat mereka lebih merasa punya hak untuk bersuara, lebh inovatif serta mau mencoba hal – hal baru.

Hal lain yang bisa ditemukan pada generasi ini adalah, keterlibatan keluarga dalam dunia sosial mereka. Coba lihat seberapa sering temanmu upload foto di facebook, kemudian isi komentarnya adalah antara ibu dan si anak itu sendiri,atau bahkan ayah, tante dan omnya ikutan nimbrung ? Jadi kalau kamu mengubah status dari single menuju in relationship, ibumu bisa tahu hanya dengan membuka facebook. Atau ketika kamu marahan dengan suamimu, karena dia jarang pulang *bang toyib mungkin* haha, tantemu bisa langsung me RT (retweet) dan mention ke mertuamu, aww that’s hurt! L.o.L

Ketika kamu tidak lagi dibawah cengkraman mereka yang berkuasa ‘ generasi sebelumnya’, maka yang terpenting adalah apa yang temanmu katakan padamu bukan iklan di media. Meskipun ‘teman’ bisa diartikan seorang selebriti terkenal yang memang mencoba untuk jualan produknya dan dia hanya pernah menjawab tweet-mu sekali.

Gambar

Fakta yang cukup menggembirakan adalah millenials are nice, they tend to have possitivism and more accepting of differences across culture, there is no us versus them now.

Jadi, memang yang namanya anak muda di setiap negara bisa berbeda, kultur yang berbeda, kondisi ekonomi negara yang berbeda, religiusitas yang bertolak belakang. Tapi bukankan facebook, Path,Twitter, BBM, Line, Instagram berkembang pesat di semua negara tanpa mengenal batas. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan populasi tinggi, dimana peraturan dalam membatasi sosial media masih belum terdevelop dengan baik. Silahkan cek, seringkah kamu berinteraksi lewat layar handphone atau tablet, dalam daftar follower twitter atau friend facebook sudah ada nama ayah / ibumu, bagaimana dengan bayi yang baru saja istrimu lahirkan, sudah upload ke Instagram, kemarin waktu wedding ada spot untuk photo booth ? If you say yes, congratulation, you are one of the millenials generation. Means you having and spreading narcisstic ;D

Generasi Narsis – part 1

Generasi yang manakah kamu ? Generasi era 70an, 80an atau 90an ? Setiap generasi punya ciri khas masing – masing, karena teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin ‘memudahkan’ hidup manusia. Bayangkan jika masa remajamu adalah ketika era 70an, tidak ada teknologi BBM bahkan handphone. Kalau mau pdkt, kamu tidak akan bertanya “ada pin BB nggak” tapi bisa jadi kamu bertanya “dimana alamat rumahmu?” buat ditulis di amplop waktu kirim surat,hihihi. Barangkali lo ini, saya nggak lahir tahun 70an sih, tapi saya yakinlah Blackberry belum lahir kala itu.

Gambar

And kamu mungkin gak akan bisa terpuaskan memandang wajah gebetan melalui account Instagram atau fotoprofil Facebooknya. Di era 70an kamu hanya akan puas dengan menyimpan selembar foto 3R miliknya, atau kalau kurang beruntung pas foto3x4 tanpa warna. Sekali lagi, ini cuma dugaan saya pribadi.

“Millenials are a generation mostly of teens and 20 somethings known for constantly holding up cameras, taking pictures of themselves and posting them online”

“They are narcissistic, overconfident, entitled and lazy “

“Their self-centeredness could bring about the end of civilization as we know it”

(Majalah TIME edisi May 2013)

 

Gambar

Berdasarkan studi yang dilakukan di Amerika oleh National Institutes of Health (bisa dinilai sendiri apakah studi ini bisa dikorelasikan dengan kondisi di Indonesia), sifat narsisme yang ada pada individu berusia 20an tiga kali lipat lebih tinggi dari individu yang berumur 65 atau lebih. Ya jelas lah, siapa juga nenek-nenek yang akan rajin posting Instagram ? hahaha. Generasi milenia adalah mereka yang terobsesi untuk menjadi populer, merekamenjadi sangat yakin atas kehebatan dirinya. Sehingga menurut data National Study of Youth and Religion, 60%   generasi ini tahu “apa yang benar”. Dampak dari percaya dan yakin mana yang benar ini, misalnya semakin banyak orang berusia 18 sampai 29 tahun yang memilih hidup dengan orangtua daripada memiliki pasangan dan berkeluarga sendiri.

generasi narsis 4

 

Kelompok millenial ini adalah mereka yang lahir diantara periode 1980 – 2000, akan berbeda – beda tipikal para millenial di setiap negara. Tapi dengan bantuan globalisasi, media sosial dan ekspansi budaya barat kesemua penjuru dunia, menjadikan perkembangan anggota kelompok millenial makin seragam. Kita tidak bicara tentang, anak-anak kalangan ekonomi atas saja, tapi termasuk mereka dari kalangan ekonomi lemah, dimana sifat narsis, materialis dan kecanduan terhadap teknologi juga tinggi.

Me Generation adalah nama lain dari kelompok ini, dimana generasi setelahnya yang lahir tahun 2000 keatas akan menjadi Me Me Me Generation.

generasi narsis 3

Bayangkan jika masih bayi dalam gendongan saja, dia sudah eksis di Instagram, Twitter, Path karena memiliki ibu dari Me generation. Ketika ia besar, eksistensi diri yang sudah dipupuk sejak kecil akan berbuah, menjadi Me Me Me Generation, bangun tidur foto, mau mandi foto, dan seterusnya.

Selain terkenal karena kenarsisan-nya, generasi ini akan memiliki karakter “sok populer” seakan mereka adalah seseorang yang penting. Hingga seorang guru di US menyampaikan pada para lulusan di sekolahnya “Climb the world, so you can see the world. Not the world can see you”. Mereka juga cenderung punya fase peralihan remaja ke dewasa yang lebih panjang. Jika di masa lalu, dimana tidak ada sosial media dan smart phone, interaksi para remaja sebagian besar adalah dengan anggota keluarga. Kini peer pressure atau teman sepermainan, bisa teman path Facebook, follower Twitter, merupakan pengaruh yang konstan terhadap pola berpikir generasi ini.

To be continue,,,,

Singapura (Part 2)

Gak lengkap ya ke Singapura kalau nggak belanja,  so it’s shopping time di hari Sabtu, tujuan utamanya jelas Orchard Rd yang populer itu, saya sudah gak sabar nyobain es krim 1 SGD yang katanya penjualnya mostly kakek2 dan rasa es krimnya bikin nagih. Ternyata memang beneran enak loh, rasa choco chip mint sama red bean-nya lumayan reccomended.

Gambar

Lucky plaza, takashimaya, ion, paragon, saking banyaknya mal di sepanjang Orchard, saya nggak hapal. Kalap masuk ke H&M, Pull Bear, Forever 21 dan teman-temannya yang nggak available di Surabaya. Alhamdulillah, uang saku masih bisa mengerem kapasitas kalap belanja saya. Kali ini saya sudah punya cara jitu untuk menghemat nafsu makan dan uang untuk beli air mineral.

Gambar

Kalau makan, pesan 1 menu share 2 orang, pasti kenyang karena porsi makanan umumnya cukup besar. Kemudian, supaya hemat nggak beli air, bawa botol air yang sudah diisi air paginya waktu di penginapan. Kan gratis tuh air di hostel 😀

Gambar

Hari terakhir sebelum pulang, kita main ke botanical garden, agak menyesal juga sih waktu kesini. Karena tamannya beneran mirip kebun raya Purwodadi, luas banget, sampe capek nih kaki. Jarak dari pintu masuk ke toilet saja jauhnya lumayan. Paling males waktu jalan nyari rest area atau tempat makannya, sumpah kaya dari satu ujung ke ujung lain, mungkin tujuannya supaya langsung pesen makan kali ya pas nyampe makanya pengunjung dibikin jalan jauh.

Gambar

Tapi harganya bikin jadi gak pengen makan, rata-rata diatas 13 SGD, which is 130ribuan, cuman dapet salad. Banyak banget imigran yang spend time disini, mulai dari etnis India, Malay, Indonesia semua ngumpul.

Gambar

Next destination, kita ke Esplanade theatre, nggak nonton pertunjukan apa-apa sih cuman poto aja di depannya, haha. Sekalian jalan ke Merlion, paling cuman 10 menit lah jalannya, dan ruame banget. Mau poto di spot yang bagus mesti pake ngantri dulu,Alhamdulillah dapet juga foto dengan background merlion dan Marina Bay. After that, ke suntec City mall, disini nih ada toko namanya Rubi sejenis The Little Things gitu lah kalau di Surabaya.

Gambar

Cuman Rubi ini model sepatunya agak lebih variatif gitu dan lebih awet lah. Disini saya belanja cokelat buat oleh-oleh di Cocoa Tree, agak mahal sih sebenernya. Saran aja, kalau belanja cokelat mendingan di Bugis Junction, lebih miring harganya tapi banyak pilihan juga. Yah walaupun cokelat seperti Hershey atau Godiva, nggak akan bisa ditemuin di Bugis ini.

Gambar

Last day is Monday, kita pulang hari Senin dengan koper yang beratnya semakin bertambah dan nggak dapat reimbursement dari belanja kita. Jadi katanya kalau kita belanja, tax yang dicharge ke kita itu bisa dikembaliin ke kita sebelum kita pulang, ternyata proses klaim ini nggak gampang, paling utama adalah tanya ke tokonya apakah dia termasuk di toko yang bekerjasama masalah pengmbalian pajak itu atau nggak.Dimana sya dan rombongan sejakawalsama sekali nggak tanya sebelum belanja, jadi ya pupus deh harapan kita mau dpat kembalian tax.

Gambar

 

Inti dari Liburan murah ke Singapore :

  1. Cari tiket murah / promo, dari airline low budget misalnya AirAsia atau Tiger Air. Cari tiket promo ini butuh ketelatenan, makanya saya aja nggak bisa nyari sendiri, ga telaten 😀
  2. Ada harga ada kualitas, nggak perlu cari tempat menginap yang mewah amat, kecuali ada yang bayarin atau lagi honeymoon. Cari saja hostel yang nyaman, penting bisa tidur, tidak panas dan kamar mandinya bersih. Moni hostel highly reccomended 😉  Toh kita nggak mungkin liburan Cuma diem-diem di kamar aja.
  3. Buat daftar siapa yang mau dikasih oleh-oleh dan perkiraan budget oleh-oleh. Pisahkan dengan budget belanja personal. Karena banyak barang-barang lucu di sini yang nggak ada di Indonesia, bisa-bisa ribut belanja buat diri sendiri lupa sama yang dioleh-olehin
  4. Masalh transportasi, yang mahal paling kalau naik taksi waktu itu dari bandara ke hostel habisnya SGD 24, jangan dikurskan bakalan sedih. Tapi sewaktu disana MRT dan bis bersahabat sekali sama kantong, so gak perlu khawatir
  5. Bawa botol minum kemana mana kalau nggak mau beli Aqua yang biasanya 2ribuan jadi 20ribuan :p
  6. Kebanyakan makanan dalam porsi besar, kalau kamu tipe yang gampang kenyang, share saja makanan dengan teman. Pesan 1 porsi dibayar 2 orang
  7. Kalau beli cokelat di Bugis Junction aja
  8. Pilih tempat wisata yang gratisan, botanical garden, patung merlion, esplanade, orchard road *foto2 doang tnp belanja kan g bayar*. Kalaupun mau ke tempat wisata berbayar seperti USS, cari tiketnya lewat online saja, biasanya harga lebih murah J

Selamat berwisata, do’akan passport saya cepat terisi dengan visa negara lain ya…

Singapore (part 1)

Mulai dari sabun cair yang masih baru dan berakhir disita sama orang bandara sampai pegawai imigrasi Chang I yang menyegarkan mata di jam 1 pagi, haha. Yup, cerita liburan saya bersama para wanita, Ms. Sari, Ms. Anis, Ms. Ririn, Ms. Park and Ms. Metri. Cuman Metri doang yang masih SMA dan dia yang paling rajin narsis bareng saya. Disaat semuanya sudah males jalan ke Merlion untuk foto, saya dan dia masih dengan semangat 45 poto sama maskot Singapura itu, walaupun ruame dan kebanyakan orang Indonesia yang pada heboh foto.

Gambar

 

Liburan ini berawal dari tawaran tiket promo Tiger Air yang ditemukan oleh ms.Ririn dengan harga 600ribu untuk roundtrip. Cukup murah kan ? Dan saya langsung mengiyakan mengingat passport yang sudah bikin sejak jaman kuliah tapi sampai sekarang masih blank. Eh sekarang nggak lagi ding udah ada stempel Juanda sama Chang-I J Rombongan kami berangkat dari Surabaya jam 10 malam, sampai di Singapore jam 12 an lebih. Meskipun capek dan ngantuk, saya masih bisa refleks waktu di Chang-I milih petugas imigrasi yang paling pojok dan good-looking. Lumayan lah, pelepas rasa lelah sebelum tidur dan nyampe hostel.

IMG_4066

Bandara Chang-I ini gede banget dan bagus soalnya mereka nggak cuma ngandelin asal banyak tenant aja. Tapi juga dari segi transportasi, service pekerja bandara dan setiap space mereka hias tematik jadi bikin nyaman walaupun kitanya cuma duduk-duduk aja. Terus, karena bandaranya yang gede, ada sky train yang menghubungkan antar terminal, jadi nggak perlu tuh jalan jauh sambil bawa-bawa koper buat pindah terminal.

Gambar

 

Kita nginep di hostel yang namanya Moni, pertama nyampek karena udah ngantuk dan yang jaga hostel juga mungkin udah ngantuk. Dia bawa kita keliling hostel nunjukin pantry buat sarapan lah, toilet buat mandi lah, laptop buat pake wifi lah, sedangkan yang saya mau tau cuman dimana kamar tidur kita??? Alhasil semua bahasa Singlish yang saya belum biasa denger, dari mulut dia saya cuman denger jelas waktu dia bolang OK di akhir kalimat.

IMG_4077

Sambil membawa koper – koper berat dengan keadaan ngantuk kita naik tangga ke lantai dua, berharap kamarnya disekitar situ. Ternyata nggak kamar di lantai 3, dan itu semacem loteng gitu dengan tangga naik yang lumayan curam dan bikin makin capek.

Gambar

Besoknya,hari Jum’at, kita langsung ke Universal Studio, kebetulan sudah beli tiketnya lewat online. Lebih murah lho, cuman 65 SGD kalau beli on the spot 74SGD,bedanya emang cuman 9 SGD tapi coba kalikan 9,700 sekitar 94 ribuan lah.

IMG_4096

Lumayan tuh bisa dapet beliin oleh2 cokelat. Tiket USS ini sudah termasuk 10 SGD voucher makan dan 5 SGD voucher souvenir. Voucher makannya harus dipakai beli 1 kali makan, nggak bisa ada kembalian, jadinya waktu itu dibeliin Churos 4 SGD sama Noodle Corn dog 5 SGD.

20140110_115143_resized

Terus kalau voucher souvenirnya harus beli 30 SGD dulu baru seh bisa dipake itu voucher diskonnya. Berangkat ke USS ini pertama kalinya kita naik MRT, seru ternyata, cepet sampai dan on time jadwalnya. Jadi nggak bisa tuh alesan telat kerja karena bemonya mogok, bemonya ngetem di terminal, macet bla bla bla.Terus kita oper naik bus juga, bus nya bayar 2 SGD, tapi nanti pas pulangnya dari USS udah nggak perlu bayar lagi.

20140110_112044_resized

Karena kebodohan saya yang pertama naik bis, seharusnya kalo pake kartu kan otomatis aja kartunya nggak ke charge walaupun dia udah tempelin itu kartu ke mesin tap. Sedangkan saya pake cash, saya terlanjur nyemplungin duit, eh si driver baru ngomong no need to pay, uang yang sudah tercemplung tidak dapat dikembalikan deh.

Emang sih kalau mata uang nggak banyak 0-nya itu apa-apa keliatan murah.

IMG_4064

Tapi ya kerasa juga, misalnya merchandise notebook atau pensil aja bisa seharga 4 SGD sampai 7 SGD  kalau di rupiahin ya 36ribu buat sebatang pensil USS yang bisa dapet pensil 2B mungkin 1 dus kali tinggal tempelin aja stiker Universal Studio Singapore. Kaosnya lucu – lucu disini,  ada yang motif Transformer, tapi harganya lucu juga 34 SGD yah sekitar 32o ribuan, mendingan beli kaos polos terus ke tukang sablon sih, kasi aja gambar logo Transformer :p

IMG_4052

Di USS, tempat makannya selalu sesuai dengan tema permainan yang ada di kompleks itu. Misalnya saya makan di area yang dekat sama roller coaster The Mummy, direstaurannya itu nuansa Egypt banget deh, menunya juga menu masakan MiddleEast gitu. Tapi masih ada juga soto ayam dan gado-gado, FYI soto ayamnya nggak enak, aneh banget rasanya.

IMG_4054

Pulang dari USS kita mampir ke makan di mal, disini makanan lumayan mahal ditambah hrga air minum yang 2 SGD jadilah makin kerasa, bisa 8 SGD alias IDR 80,000 sekali makan di tempat biasa.Setelah hari pertama tenaga habis buat ke USS.

IMG_4118