Friday, 31 January is a special day, no bukan hanya karena hari libur Imlek which cause I only have 4 days work *which I’m glad* . Spesial karena saya semakin memahami, mengapa ibu punya semangat juang yang begitu besar sampai dengan detik terakhirnya. Seperti api yang selalu berkobar meski sudah kayu yang dibakar hanya tersisa serpihan saja. Well , inis emua bermula ketika saya diundang oleh sahabat sejak SMA untuk ke rumah dia, BIG say for her, hari pertunangannya.
Senang sekali rasanya, melihat dia akhirnya bertunangan, saya jadi ingat semua kekonyolan sewaktu Sma yang pernah kami lakukan bersama. Naksir kakak senior dan selalu berusaha jalan muter Cuma demi ngelewati koridor si kakak kelas dan liat dia lagi ngapain. Main basket bareng, rutin latihan tiap weekend meskipun kita selalu duduk di bangku cadangan *upss*. Ngecat rambut bareng, yang berakhir dengan saya merubah rambut dia menjadi pirang dan kering *sorry about that*.
So, saya datang duluan jam 4 sore dan bantuin sedikit di belakang layar. Menyaksikan dengan sabar waktu dia dimake-up, sibuk motoin waktu dia udah all-set. Saya bsia merasakan betapa sumringah-nya dia, dia cerita gimana keluarga calon pasangannya. Dia cerita gimana putih dan imutnya ponakan pasangan dia. moment paling mebuat saya mau menangis adalah waktu semua nggota keluarga sudah berkumpul dan keluarga dari pasangan datang membawa hantaran. Pas saya duduknya di pinggir pintu pula. Pas 3 teman sahabat saya yanglain dateng bawa pasangan semua, I hate my other BFF Ms. Widia yang memilih sakit di hari itu dan gabisa jadi partner saya *she’s single and the only daughter too, my clone I think* hahaha,
Saya bisa merasakan betapa bahagianya semua yang terlibat, lihat pernak-pernik yang dihantarkan. High heels, baju, perlengkapan kosmetik, perlengkapan mandi,anything it’s just beautiful. Ketika semua anggota keluarga sahabat saya mulai dari nenek,om, tante dan pasti orang tuanya mulai sibuk menerima hantaran itu, sambil menyalami satu persatu keluarga sari pihak pria. Saya jadi rindu, bukan iri, saya rindu nenek saya, bude saya, ibu saya terlebih. Saya membayangkan jika itu adalah rumah saya dan betapa ibu saya akan sumringah sama seperti waktu saya wisuda. Rasanya senyum tidak bisa lepas dari bibir ibu kala itu, pilihannya untuk menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi, semua kerja keras itu terbayar ketika melihat saya diwisuda.
Saya membayangkan ibu sayalah yang kala itu duduk di ruang tamu dan menanti siapa yang akan melangkah kedalam ruang tamu rumah saya yang sederhana. Ketika acara dimulai keluarlah kata-kata cliche ‘ Ya, sebenarnya pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua anak yaitu mbak R dan Mas R, tapi juga dua keluarga’. Ya memang, bukan cuma dua orang yang terlibat, ada banyak kepala dalam satu keluarga. Dan lebih banyak lagi kepala dalam dua keluarga, yang sebelumnya tidak ada ikatan apa-apa dan kini mau menjalin ikatan itu. Bagaimana jika keluarga itu tidak sempurna, meskipun pasanganmu sempurna. Misalnya dia dibesarkan oleh orangtua tunggal, tidak ada ayah mertua yang akan bisa kamu ajak bermain catur ? Atau tidak ada ibu mertua yang akan membantu mengurus anakmu nanti ? Atau bagaimana jika, orangtuanya berbeda agama, ketika kamu adalah anak pendeta atau Kiai, apa kata para jemaat/jama’ah nanti ?
“ You want someone who cares about who you are, not what you are.And even if you have to wait for that, it’s going to be worth it. All you have to do is look around.”
Semakin paham, kenapa ibu mau menjalani terapi, diinfus berkali-kali bahkan masuk ruang operasi yang awalnya dia sangat takut. Mungkin ia masih takut, hanya ia menyembunyikannya, demi harapan hidup, demi sehari, seminggu, setahun atau entah berapa lama waktu yang ia peroleh. Demi ia ingin tahu siapa yang akhirnya datang ke rumah membawa keluarganya, meminta saya dan duduk berjam-jam diatas stage waktu menikah nanti. I am so sorry mom, I have not had chance to give you this one happiness. But, I believe you still watch me, from up there right? Someday when this moment come, even there won’t be you the one waiting at the living room, I hope you can still smiling from up there.