Ramadhan

Ramadhan,,,cepatlah datang rinduku padamu sudah menjadi – jadi

Ramadhan, dilkala kudengar suara adzan lewat speaker masjid dan kulihat senja di ujung barat teringat aku padamu wahai bulan suci

Ramadhan, ketika pembawa acara infortainment-pun ikutan pake baju yang tertutup

Ramadhan, bulan dimana kita bisa menghapus segala dosa dan khilaf yang sudah terlanjur dilakukan selama 11 bulan

Ramadhan, saat suasana di rumah, kampus, tempat kerja manapun itu menjadi lebih menyejukkan kalbu

Ramadhanku, dulu dan kini terasa berbeda

Ramadhan dulu, kami selalu buka bersama, sahur bersama, semua terasa nyaman meski hidangan yang tersaji sederhana saja

Ramadhan kini, Ibu tak lagi bisa merasakan indahnya berpuasa, dokter tak mengijinkannya

Ramadhan kini, Ibu masih tetap setia memasak serta membangunkan saya dan bapak untuk sahur, meski ia tak ikut berpuasa

Ramadhanku, semoga kami masih bisa menjumpaimu lagi di tahun ini, tahun depan dan tahun – tahun kedepannya. Tak apa meski ada yang janggal dan berbeda, selama kebersamaan ini masih ada.

The Pilot’s Wife

Sejujurnya yang bikin saya tertarik sama novel ini adalah simbol ‘Oprah’ book club yang ada di cover depannya..hehe. But it turned out that the book’s quite good, mampu bikin saya betah sampai tamat, meski harus tertunda – tunda lama pas bacanya, karna saking ga sempetnya.

Dari judulnya aja udah ketauan kan, buku ini ngebahas kisah jadi istri seorang  pilot, yang seringkali harus ditinggal sama suaminya berhari – hari dan jarang banget ada family-time. Kathryn Lyons adalah istri dari pilot maskapai Vision, Jack Lyons, mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan bernama Mattie. Usia Kathryn dan Jack terpaut cukup jauh, saat mereka pertama berkencan Kathryn masih delapan belas tahun sedangkan Jack sudah tigapuluh tiga tahun. Mereka pertama kali bertemu ketika Jack singgah ke galery milik nenek Kathryn, hingga akhirnya keduanya saling jatuh hati dan memutuskan untuk menikah setelah beberapa bulan berpacaran. Suatu hari Kathryn terbangun tengah malam, dan mendapati Robert Hart –petugas dari union semacam Ikatan Pilot gitu kayaknya- berada di depan rumahnya mengabarkan bahwa pesawat Jack jatuh ke laut di perbatasan Irlandia – U.K

Sulit untuk Kathryn dan putrinya menerima kenyataan bahwa Jack, tidak lagi kembali dari penerbangannya, bahkan media menyiarkan pemberitaan bahwa jatuhnya pesawat yang menewaskan 103 orang merupakan suicidal act pilot, berdasarkan rekaman CVR. Robert Hart memberitahu Kathryn, bahwa berita itu tidak akurat, karena rekaman itu sama sekali tidak disiarkan kepada publik.

Namun kurang lebih isi rekaman itu mengindikasikan bahwa Jack melakukan sesuatu yang tidak biasa. Pada saat tim dari maskapai Visions hadir dan menginterograsi Kathryn dirumahnya, mempertanyakan bagaimana sikap Jack terhadapnya, apakah ia stress, apakah kehidupan pernikahan mereka baik-baik saja, Kathryn menjawab semuanya dengan positif. Namun ia sendiri sesungguhnya ragu, karena ia menemukan notes di pakaian Jack, yang berisi sebait poem, inisial nama dan nomor telepon di U.K. Selama ini rute penerbangan yang rutin ditangani oleh suaminya adalah dari U.S ke London – U.K. Saat tim penyelidik membeberkan fakta baru yaitu bahwa ibu Jack, masih hidup dan kini berada di panti jompo, Kathryn lebih shock lagi karena selama ini suaminya berkata bahwa ia adalah yatim piatu, sama seperti dirinya.

Mau tidak mau Kathryn mulai curiga, apakah memang ada seseorang yang lain ketika Jack sedang tidak bersamanya selama ini. Ia mulai menelusuri daftar crew maskapai yang selama ini bertugas dengan suaminya, akhirnya ia terpaku pada nama Muire Boland – sesuai dengan inisial MB yang ditemukannya di note Jack – seorang flight attendant yang kini sudah pensiun. Ia pun mencoba menghubungi nomor yang tertulis di note tersebut, yang ternyata merupakan telepon kediaman Muire, namun ia tak mampu mengucap sepatah katapun di telepon. Kathryn langsung mengambil keputusan untuk pergi ke London, dan seketika itu pula Robert memutuskan ikut bersamanya. Setelah tiba di London, Kathryn mengumpulkan keberanian untuk datang ke rumah Muire, pertama kali membuka pintu Muire kaget, namun kemudian ia berkata “I’ve been imagining this moment for years”

Ribuan pertanyaan langsung muncul di benak Kathryn, karena ia adalah pihak yang tidak pernah membayangkan situasi ini, kapan? sudah berapa lama? bagaimana terjadinya? kenapa? –perselingkuhan ini terjadi. Saat akhirnya memasuki rumah Muire, ia akhirnya tahu bahwa Jack dan Muire sudah menikah sejak empat tahun yang lalu dan dikaruniai dua anak yaitu Dermot,5 bulan dan Dierdre, 2 tahun. Kathryn mengamati segala aspek kehidupan Muire, dan terus mempertanyakan apa kurangnya ia dibanding Muire, sehingga Jack mampu menjadi orang yang berbeda ketika bersamanya. Selama ini suaminya tidak pernah ke gereja, keluarga mereka tidak bisa dibilang religius. Namun Jack justru menikah dengan Muire di gereja Katolik, dan setiap weekend keluarga mereka mengunjungi gereja, Muire tahu tentang ibu Jack yang masih hidup dan mengidap alzeihmeir, yang Kathryn tidak pernah tahu. Usia Jack dan Muire juga hampir sama, tidak seperti Kathryn dan Jack.

Bahkan ketika Muire menjelaskan bahwa Jack terpaksa terlibat sebagai courier menyelundupkan uang dari Amerika ke U.K, karena selama ini barang-barang yang dibawa dalam tas pilot/flight attendant tidak akan melewati pemeriksaan yang ketat seperti penumpang. Hingga pada saat kecelakaan itu terjadi hal yang unusual muncul, barang yang dibawa Jack bukan uang namun explosive material, dan ia tidak menyadarinya karena sejak awal terlibat perjanjiannya adalah ia hanya membawa ‘paket’ uang. Masih banyak pertanyaan di benak Kathryn, bahkan ketika ia mendengar sendiri dari Muire tentang hubungannya dengan Jack. Meninggalnya Jack, menurutnya sangat tidak adil, karena ia tak akan pernah tahu penjelasan dari suaminya, akankah sebenarnya  berniat menceraikan Kathryn atau ia berniat terus merahasiakan perselingkuhannya. Dan..baru d akhir chapter novel saya baca bahwa Jack menikah dengan Kathryn pada saat ia sudah hamil anak perempuannya, Mattie. So? Sangat memungkinkan Jack menikahinya karena tidak tega melihat seorang wanita hamil tanpa suami.

Membaca novel ini, memberikan sedikit gambaran bahwa menjalani komitmen dalam hubungan itu tidak mudah. Memang begitu realitanya, komitmen tidak bisa dibeli, tidak dipengaruhi oleh cantik/gantengnya pasangan kita, kaya/miskinnya pasangan kita, ada banyak unpredictable factor yang terlibat. In my personal opinion, masih ada orang yang beranggapan bahwa suami yg berselingkuh itu salah tapi masih ‘normal’, mungkin istrinya yang salah kurang ini itu, apalagi jika istrinya tidak bisa menghasilkan keturunan, itu malah suatu keharusan dia boleh menikah lagi. Tapi bagaimana dengan istri yang selingkuh? Silahkan dijawab sendiri J

 Words that I like :

In a man’s mind, who was the more important wife, the woman he sought to protect by not revealing the others? Or the one whom he told all his secrets?

The fragility of the constructs people make, A marriage for example. A family.

My Rafting Adventure

Lama yah rasanya nggak ng-blog, kali ini gak ngebahas buku yg aku baca tapi soal pengalaman travelling aku kemaren. Akhirnya setelah 23 taun di Jatim dan belum pernah tau yang namanya Bromo, kemaren keturutan juga, bonus rafting pula setelahnya seru deh pokoknya 😀 Here goes the story,,,,

Berangkat ke Bromo hari Jum’at selese kantor, bareng2 sama temen kantor juga, so kita berangkat jam4 trus nyampe di penginapan jam setengah 9an malem. Syukurnya nggak ujan deres pas kita udah mulai naik ke area Bromo. Soalnya waktu perjalanan Pasuruan – Probolinggo udah ujan deres banget, banjir pula dijalan, Alhamdulillah banget bisa nyampe dengan selamat. Sampe di penginepan langsung deh makan malem, aku udah pilih menu yang standart banget padahal – soto ayam – berharap rasanya yah seperti soto2 yang biasanya. Eh ternyata rasanya malah beda banget, kayaknya bumbunya beda, tapi saking lapernya yah kemakan juga tuh soto.

Habis makan kuterus tidur tentunya,haha! Lanjut bangun jam setengah4, karna jam4 kita udah langsung naik Jeep ke Bromo. Pas nyampe di parkiran Jeep, gila masih gelap banget gitu, mirip banget sama adegan pilm 5cm yang ngedaki subuh2 dan gelap, minus Junot ama Denny Sumargo aja. Setelah jalan lumayan jauh, dan udah ngos2an, beberapa temen akirnya naik kuda. Aku sih gak ikutan, kayaknya kok kasian kudanya gitu yah dinaekin kita, mana tuh jalanan makin nanjak pula. Setelah berenti beberapa kali sampailah di tangga ke kawah yang kata orang kalo kita ngitungin itu pasti hasilnya beda, gw g sempet itung2 segala udah bingung ni kaki mo copot rasanya capek banget, Sampe diatas kita nungguin sunrise, yang ujung2nya g muncul krna ujan, mendadak udah panas aja gitu, tapi gapapa udah seneng bisa poto2 buanyak 😀

After had breakfast we off to go for rafting,yeah!! Nervous sih sebenenernya karna baru pertama kali, mana pamitnya sama emak g bilang mau rafting cuman ke Bromo aja. Udah gitu pas ngebaca tips untuk pemula rafting di Kompas kayaknya kok horror banget gitu, mana gw gabisa berenang pula 😥 Kita rafting di Noars, pas mau berangkat dari basecamp, masing2 dikasih air sebotol – buat apa sih nih aer ntar kan d sungai jg ada, batinku – trus perjalanan ke sungai kan naik pick-up tuh. Ehh ternyata dari tempat berenti pick-up ke sungai Pekalen itu masih jalan lagi dan lumayan bikin mandi keringet juga, ternyata tujuan dikasih aer td tuh buat diminum pas kelar jalan ke sungai ini.

Begitu sampe makin gugup aja, ngeliat debit air yang katanya lagi tinggi karna musim ujan, tapi masih dalam batas safe. Jujur gue gak pecaya ama pemandunya – safe apanya aer deres banget gitu – tapi udah jauh2 kesitu masa iya nyali gw menciut gitu aja!! Naiklah kita berempat, aku, mba Anis, mba Sari and Wida ke perahu, pemandu kita dari Noars namanya Mas Jun kelahiran 1991 –penting gak sih- hahaha!! Dia jelasin semua petunjuk2nya, persis kaya yg aku baca di Kompas ada maju, mundur, boom, kanan, kiri. Jeram pertama yg kita lewatin jeram selamat datang, pas aku lirik tuh gila itu tikungan dg batu guede dan aernya dueres pol – masa iya sih kita mau lewat situ – tapi iya loh kita beneran lewat, baju langsung basah kuyup deh dan udah mulai minum aer sungai *hoek*.

Sungai Pekalen, here i come!! Pas dilakuin ternyata nggak seserem bayangan gue juga, udah takut kebentur batu atau kecemplung sungai dan teriak2 dengan gak imut karna gabisa berenang aja tadinya. Alhamdulillah, nggak ada satupun bayangan yg kejadian, bagus2 bangettt air terjunnya, terutama Beautiful Noars Waterfall . Posisi memang menentukan prestasi dan keberuntungan juga deh kayaknya, karna ada di bagian belakang kiri dan aer terjun kebanyakan di sebelah kiri sungai, jadilah kena ‘grujug’ aer terjun mulu, seger awalnya sih, lama2 ‘kelagepan’ juga gw. Bayanganku aba2 boom itu paling serem – karna itu kan pas perahu kita ketemu batu atau cekungan gitu lah- eh malah pas dilakuin, itu aba2 favorit gue!!! Hahahaha. Nanti pas udah setengah perjalanan, pasti ada rest area tempat makan pisang goreng dan minum STMJ, akirnya tau juga rasa STMJ kayak apa, not bad lah tapi baunya itu ga nahan amis2 gimana gitu.

Istirahatnya ada 15 menitan mungkin, habis gitu kita lanjut lagi, nanti ada jumping area jadi kita bisa kayak semacem mini bungee jumping dari batu 5m ke sungai. Kalo yg satu ini, aku pass kemaren, gila aja udah phobia ketinggian trus mo loncat dari batu itu ke sungai, klo ntar megap2 nggilani malu dong sama mas2 pemandunya!!haha. Habis ngelewatin jumping area tadi tinggal bentar lagi trus udah finish, ga kerasa 2jam lebih lo J sebenernya ga hepi2 banget juga waktu kelar, karna aku masih kepingin lagi!! Kita jalan lagi setelah dari perahu ke basecamp Noars deket kok jalannya. Sampe sana trus nanti dikasi maem, trus ditunjukin juga hasil jepretan masnya pas moto kita tadi. Ahh ternyata selaen sering kena shower air terjun, posisiku juga menyebabkan enggak kena poto,huhu. Tips rafting dari gue, jangan duduk belakang kiri deh pokoknya, nggak kepoto ntar keliatan dayungnya doang.

Thankyou buat semua teman seperjalanan mba Anis, Sari, Suci, Ika, Ririn, Wida, Ruci and Metry. Special thanks untuk Pak Saleh, driver yang dengan selamat nganterin kita sampe tujuan, walopun sambil sms-an nyetirnya! Buat semua tim Noars, mas Jun- pemandu perahu kita yg suruh gw duduk belakang L-, mas Imam, mas Buaya dan mas2 yang lain, pengalamannya seru banget, i’ll be back soon, promise !! Very BIG and special thankyou untuk Pak Temmy yang sudah mengkoordinir acara jalan2 ini, tanpa dia mungkin sampe married ntar ga kan gw ke Bromo dan ngerasain rafting *lebay* ditunggu agenda selanjutnya pak!! Do’a terakhir saya, semoga bisa berpetualang secepetnya, kemanapun itu asal bareng sama my partner in crime Laura tacik, The Dimdims plus Tre!! Wah, postingan kali ini yg terpanjang kayaknya ya, kita sudahi saja dulu, au revoir 😀