Ayat – Ayat Cinta

Gambar

Oh tidak, jangan khawatir, ini bukan mau mengisahkan soal kehidupan cinta saya. Sejak melihat cover novel ini, mengingatkan saya pada era dimana film ayat-ayat cinta booming dan semua wanita mendadak mencari sosok Fahri. Pria yang manis, pintar plus pandai mengaji , lalu semua pria mendadak mengidamkan wanita berhijab dan bercadar, tapi luar biasa cantik dibalik cadar *ngarang* hahaha…

The mercy of Allah is an ocean. Our sins are a lump of clay clenched between the peak of a pigeon. The pigeon is perched on the branch of a tree at the edge of that ocean. It only has to open its beak – page 4

Yah, saya memang berharap kisah klise semacam novel Ayat – Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih atau 99 Cahaya di langit Eropa sewaktu meminjam novel ini. Judulnya Minaret by Leila Aboulela, wanita kelahiran Sudan. Sejujurnya saya kaget waktu tahu beberapa negara di Afrika, seperti Sudan, Ethiopia dan beberapa lainnya mayoritas muslim. Saya kira banyak negara di Afrika masih menganut atheism *how narrow minded I am* . Beda ladang, beda belalang, berbeda negara berbeda pulalah bagaimana Islam diekspresikan disana.

They were getting ready to pray. They had dragged themselves from sleep in order to pray. I was wide awake and I didn’t – page 8

Cerita ini tentang seorang Najwa gadis kelahiran Sudan yang memiliki saudara kembar laki-laki bernama Omar. Najwa terlahir dari keluarga aristocrat Mamanya berasal dari keluarga terpandang di Sudan dan Babanya seorang politikus terkenal. Berasal dari keluarga terpandang di negara berkembang seperti Sudan, membuat hidup Najwa tak mengenal susah, di rumahnya ada 5 pembantu yang siap melayani.

Berada di lingkungan elite Sudan, membuat Najwa dan keluarganya memiliki gaya hidup yang ‘modern’. Tidak seperti gadis – gadis tradisional di kampusnya yang mengenakan hijab dan jubah. Keluarga Najwa yang menjunjung nilai modernitas, tidak mengharuskan ia mengenakan kerudung, ia bisa berpesta ke klub, minum wine ketika makan malam. Ia bahkan tidak diharuskan untuk shalat oleh Babanya, tapi mereka tetap tidak membuang identitas muslim. Menjadi seorang muslim dan mentaati peraturan di dalamnya, itu dua hal yang berbeda.

Tapi Najwa tahu batas, ia tetap berpuasa ketika Ramadhan tiba dan shallat lima waktu ketika waktu ujian supaya memeproleh nilai yang bagus. Perempuan muslim modern seperti Najwa inilah yang disukai oleh Anwar Al-Sir, pria karismatik di kampus mereka Khartoum University. Meskipun orangtua Najwa tidak merestui jika ia dekat dengan Anwar, karena ia tidak berasal dari keluarga kaya. Sedangkan Omar, kembaran Najwa tidak jauh berbeda dengannya dalam hal ibadah, bahkan jauh lebih berani. Di setiap pesta Omar tidak hanya minum dan merokok, menghisap marijuana pun ia lakukan. Omar pecaya pada Allah, ia seorang muslim, namun hidup hanya sekali, jika terlalu taat, akan ada banyak hal terlewatkan, itu motto hidupnya.

          If Baba and Mama had prayed, if you and I had prayed all of this wouldn’t have happened to us. We would have stayed a normal family – Najwa

          That’s naïve          – Omar – page 143

Kehidupan Najwa dan Omar berubah drastis, ketika mereka harus berpindah ke London. Di usia mereka yang masih 20 tahun, mereka gembira saja mendadak ke London, padahal biasanya mereka hanya pergi saat musim panas. Baru mereka sadari setelah beberapa hari, bahwa mereka dalam pengasingan, Baba mereka ternyata menjadi tersangka atas dakwaan korupsi. Mama mereka shock , sampai akhirnya ketika Baba dihukum mati, mereka tidak bisa kembali ke Sudan. Sudah tidak ada lagi orang – orang yang dulu menjadi teman, hingga Mama juga menghembuskan nafas terakhirnya di London. Ketika memandikan jenazah, ia bertemu Wafaa yang mengajaknya ikut komunitas mengaji. Hati Najwa belum tergerak, ia terus menghindari ajakan Wafaa.

Najwa dan Omar, tanpa kekayaan yang berlimpah, hidup mereka tidak lagi senyaman dulu, Omar terjerat obat – obatan terlarang dan akhirnya di penjara 15 tahun. Najwa bertemu kembali dengan Anwar di London, mencoba melanjutkan cinta mereka semasa di Sudan, apalagi sudah tidak ada Baba dan Mama yang tidak merestui. Semua keputusan di tangan Najwa, dengan uang warisan yang sedikit ia membelikan Anwar komputer, berharap ia menjadi penulis sukses. Tak hanya komputer, virginitasnya pun ia berikan pada Anwar.

          Anwar views on religion were definite and he hated fundamentalists. He believed it was backward to have faith in anything supernatural; angels, djinns, heaven, hell, resurrection. He wanted rationale, reason and he could not help but despise those who needed God, needed paradise and the fear of hell – page 241

Tak ada pernikahan Najwa – Anwar, justru 10 tahun kemudian Najwa berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di London. Namun kini hidupnya berubah, ia lebih bahagia, ia lebih percaya diri menjalani hidup, ia sudah lebih dekat dengan Tuhan. Hingga ia dipertemukan dengan Tamer , seseorang yang jauh lebih muda darinya, adik majikannya, berasal dari keluarga Mesir terpandang dan pria muslim yang benar – benar taat. Ia hanya bisa berandai-andai jika waktu dapat terulang kembali.

Akankah ada pernikahan Najwa – Tamer ? Bagaimana Najwa akhirnya memakai hijab dan menjadi apa yang dulu ia anggap ‘muslimah kuno’ ? Novel ini, tidak menitikberatkan pada kisah percintaan. Tapi lebih kepada proses perubahan Najwa sebagai seorang muslim, bagaimana ketika kita jatuh bangun dalam proses mendekatkan diri dengan Tuhan.

No matter how much you love someone they will die. No matter how much health you have or money, there is no guarantee that one day you will not lose it. We all have an end we can’t escape – page 243

Tinggalkan komentar